Kiat Beli Kamera Bagi Pemula

Pertanyaan yang sering muncul dari teman-teman yang baru akan nyemplung di dunia fotografi adalah: “kamera apa sih yang bagus?”.

Dari pada berebut terus kamera sama ade atau kakak, maupun pacar, mungkin juga berebut dengan istri atau suami. nih simak ocehan dibawah ini … —>>>

10487280_10202542367588948_8122243400803968088_n

Mungkin tips di bawah ini bermanfaat untuk sobat yang mempunyai kocek terbatas, tapi mau maksimal mempelajari fotografi.

Yuks sobat  kita liat seberapa kebutuhan kita untuk mulai terjun ke dunia fotografi.

Coba kita lihat aspek-aspek berikut ini:

  1. Yang bagus, tentu yang paling mahal, tapi apakah sobat mempunyai anggaran yang cukup untuk membeli kamera termahal? Jika tidak, maka kamera yang bagus adalah yang sesuai isi kantong (ah, realitis juga yaaa)
  2. Lalu bagusan merk apa? Misal Nikon atau Canon, sudah pasti masing-masing merk punya keunggulan dan kekurangan. Kalau Nikon dan Canon tidak sama-sama bagus dan kuat, tentunya salah satu dari mereka akan bangkrut.

Nah. Dari kedua tinjauan diatas, sebenarnya saya hanya ingin memberikan info bahwa semua merk mempunyai daya tarik tersendiri, tinggal tergantung  seberapa nyaman kita untuk memilikinya (apalagi kalo dikasih gak usah beli. Pengennya preeet).

Sekarang setelah sobat  melontarkan pertanyaan tentang kamera apa yang bagus, lebih baik dibuat detail pertanyaanya ke abang-abang penjual kameranya, begini saran saya klo mau ngerjain abang-abang toko kamera :

1. Abang-abang, saya pengguna baru, cuma buat hobby, kamera DSLR / pocket apa yang murah tapi kompliiiiiit banged?

sebagai pengguna dan pendatang baru yang kebutuhannya hanya untuk belajar saja -belum ketingkat bisnis fotografi-  kamera Entry Level / amatir bisa jadi ujicoba awal untuk belajar teknik fotografi.  Kamera entry level  memiliki harga yang lebih murah (pastinya dong sob) dibandingkan dengan kamera profesional.  Kamera Profesional memiliki level harga yang paling tinggi. Saking tingginya, 1 (satu) unit kamera kelas Profesional (body only) sebanding dengan harga lebih dari 10 (sepuluh) buah kamera entry level (kit/lengkap lensa).

Tipe kamera-kamera entry level (sumber. google)

Tipe kamera-kamera entry level (sumber. google)

2. Abang-abang saya mau motoin adik dirumah, kamera apa yg bisa bikin adik saya lebih cantik dari Ayu Ting Ting?

Megapixel

Untuk saat ini, teknologi kamera sudah berkembang pesat,  salah satunya bisa dilihat dari sisi besaran megapixel dan kemampuan daya rekaan sensor. Pada kamera entry level/amatir sudah banyak yang besaran megapixelnya besar. Dikamera-kamera pocket atau dslr  terbaru, sudah tersedia kamera dengan kisaran 12-18 megapixel, bahkan semisal tipe Nikon D3200 mencapai 24 megapixel. Sebuah pencapaian teknologi dikelas kamera entry level /amatir yg mengagumkan.

Sensor

Lalu bagaimana dengan sensor?, teknologi Canon disensor CMOS-nya memang mampu mereduksi noise pada pemakaian ISO tinggi di kondisi redup cahaya. Namun kini, produk baru Nikon mulai memperbaharui sensornya menjadi CMOS,  yang sebelumnya menggunakan sensor CCD. Permasalahan memotret di ruang redup cahaya menjadi hal yang tidak perlu dikhawatirkan lagi.

Oh iya, ISO adalah kepekaan sensor merekam cahaya, noise akan timbul ketika sensor diset pada ISO  tinggi semisal 1600 keatas. Noise ditandai dengan bercak/bintik-bintik hitam pada hasil foto. Biasanya timbul saat ISO disetting tinggi pada kondisi redup cahaya.

Nah, tanya aja ke abang-abangnya, “Bang kamera dengan Megapixel tertinggi dan ISO yang gak takut noise, apa yaa yang murah meriah?”. Mudah-mudahan abangnya berbaik hati kasih unjuk dagangannya. (maunya banyak euy, kantong skak mat, woless broo)

Contoh spek Megapixel dan ISO (Sumber. Google)

Contoh spek Megapixel dan ISO (Sumber. Google)

3. Abang saya kok liat poto-poto di internet cakep-cakep dan ada blur-blurnya gitu sih, pake lensa apa itu ya bang? Mau dong.

Yups, jika kalian hendak beli kamera DSLR Entry Level/amatir biasanya sudah sepaket dengan lensa kit (biasanya lensa 18-55 mm f3,5). Sebenarnya dengan lensa tersebut sobat  udah bisa jadi tOekangpoto spektakuler, klo urusan blur-bluran itu ada disetting diafragma pada lensa (pembahasan lainnya).

Lensa pada range 18 mm sudah cukup lebar, bahkan disebut super wide. Sobat dapat memotret deretan keluarga pada jarak cukup dekat karena sudutnya yang lebar. Nah walau range 55 mm belum terasa tele nya, jarak tersebut sudah dikategorikan tele.

Kalau sobat mau tambah lensa dan anggaran mencukupi, bisa menambah lensa pada kategori lensa tele, yang bagus memang satu merk dengan body DSLR. Kalaupun dana tidak mencukupi, bisa memilih lensa kategori lensa 3rd party atau lensa dengan merk yang berbeda denganbody DSLR tapi  sesuai peruntukannya, misalnya merk Tokina, Tamron, Sigma dll.  “Abang mau lensa tele 3rd party yang murah meriah dong, Tamron atau Sigma boleh liat harganya gak bang?”,  nah kira-kira pertanyaan itu bisa dilontarkan.

contoh tipe dan merk lensa 3rd party yang murah dan termasuk lensa sapu jagat karena focal lengthnya 18 – 200 mm  (Sumber: Google)

contoh tipe dan merk lensa 3rd party yang murah dan termasuk lensa sapu jagat karena focal lengthnya 18 – 200 mm (Sumber: Google)

Satu lagi lensa yang bisa dimanfaatkan fasilitasnya, yaitu lensa Sapu Jagat dengan  focal length 18-200 mm  sudah tersedia dipasaran. Dengan lensa tersebut, sobat sudah punya lensa serba komplit, jarak dekat dengan sudut lebarnya  (18mm) tercapai, sedangkan untuk jarak jauh di 200 mm sudah bisa nyebrang lapangan bola tuh.

Jika sobat hendak beli dan menekan anggaran, bisa mengganti lensa kit (18-55 mm) pada pembelian body kamera dengan lensa sapu jagat tersebut. Karena biasanya pembelian kamera Entry Level sudah paketan, maka nego ke penjualnya saja “bang saya gak perlu lensa kit 18-55 nya, klo dilepas bisa turun berapa harganya? Ambil body aja terus mau beli lensa sapu jagatnya aja bang, jadi berapa?”,  nah lakukan penawaran seperti itu, semoga membantu menekan harga beli.

Selamat menjadi tOekangpoto baru, selamat berkarya, semoga sukses sampai tujuan, jangan lupa barang bawaan, awas tertinggal.

Tulisan: Khairuddin Safri

Sumber: www.toekangpotoid.wordpress.com